Powered By Blogger

POTRET DIRI

POTRET DIRI
SETELAH ACARA TAWAF WAJIB DI MASJID HARAM MAKKAH

Senin, 09 Januari 2012

Perjalanan Seorang Doktor Pendidikan Asli Anak Karawang

PERJALAN DOKTOR PENDIDIKAN
ANAK ASLI KARAWANG
(Dr. H. SUTIRNA, M.Pd.)

Hari Sabtu pukul 08.00 pagi WIB tepatnya tanggal 11 Juli 1964 atau 47 tahun yang silam di bantaran sungai Citarum Kabupaten Karawang yang bersih dan indah pemandangannya, terlahirlah seorang anak laki-laki dari pasangan suami-isteri antara Ibu Saanih (Alm, Desember 2011) dan Bapak Tirin dengan keseharian yang bekerja sebagai seorang buruh kasar yang kadang-kadang menjadi penarik becak di Kota Karawang sedangkan Ibunya sebagai ibu rumah tangga yang apa adanya.
Berangkat dari keberadaan tersebut, Sutirna diasuh oleh Nenek (Ny. Tiung) yang dinikahi oleh seorang warga Negara keturunan asing, yaitu Yo Beng Liang (nama Indonesia : Kohir) dari sejak lahir sampai dengan sekolah. Didikan dari Kakek inilah yang membuat Sutirna dapat berpikir dan berpengetahuan yang sangat-sangat berarti bagi kehidupannya masa sekarang. Konon cerita para tetangga yang ketika masih hidup, bahwa Kakek dari Sutirna, jika mengajarkan pelajaran sangat-sangat galak dan sampai dibentak dengan perkataan “Kalau Lu Goblok Nanti Disuruh Orang dan Kalau Lu Goblok Jangan Sekolah” sampai Neneknya juga menangis ketika Sutirna terus dibentak dan diomeli oleh Kakeknya ketika memberikan pelajaran.
Perjalanan kehidupan inilah yang membuat Sutirna terus bersekolah dengan modal apa adanya dan semangat belajar yang terus membakar dirinya dibandingkan dengan saudara-saudaranya ketika itu. Sekolah Dasar ditempuh di SD Bhinneka II Karawang dengan sering diantar oleh Nenek ketika masih kelas 1 sampai dengan kelas 3, namun ketika di kelas 6, Sutirna mencoba mengikuti diam bersama dengan Kaka Pembina Pramuka SD, yaitu Abdul Kholik Yulias selama 1 tahun.
Lulus SD tahun 1976, Sutirna melanjutkan pendidikan di SMP Swasta Kertabumi Karawang yang sekarang SMP tersebut sudah tidak ada lagi karena tidak ada siswanya. Sutirna dengan keberadaan orang tua yang tidak mampu untuk membiayai biaya pendidikan, Sutirna melakukan dagang asongan roko dengan modal pertama dari sang Kakek tercinta, subuh berdagang ke Pasar Baru Karawang sampai siang hari, tepat pukul 12.00 WIB, Sutirna berangkat sekolah, dan malam hari melanjutkan dagang asongan roko, hal ini ia lakukan secara kontinu sampai tamat sekolah. Namun, menjelang akhir sekolah SMP, Sutirna pernah berhenti atau tidak sekolah selama 1 bulan karena keadaan, ketika itu Bapak Tarja (Kepala Sekolah SMP Kertabumi) dan Bapak Hasan Basri (Wali Kelas ) memiliki peduli dengan keberadaan Sutirna, akhirnya beliau berkunjung ke rumah (Istilah sekarang disebut dengan Home Visit) dan memberikan semangat serta motivasi kepada Sutirna untuk tetap bersekolah, akhirnya Sutirna lulus SMP pada tahun 1979.(ada tambahan ½ tahun perubahan tahun pelajaran karena peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan pada saat itu)
Tahun 1979 pun, Sutirna melanjutkan pendidikan ke SMA Swasta Pangkal Perjuangan Karawang (Wartawan Radar Dea Wahyudi satu Kelas) yang sekarang sekolah tersebut juga tidak ada lagi (kesimpulan SMP dan SMA nya, tidak berdiri lagi). Majalah dan Teka Teki Silang menjadi tumpuan untuk membiayai sekolahnya, kereta api Senja Utama Jurusan Yogya yang berangkat dari Senin menjuju Yogya menjadi tempat berjualan, hal ini dilakukan setiap hari dari mulai pukul 19.00 s.d 24.00 setelah pulang sekolah. Nenek dan Kakek merasa khawatir dengan Sutirna yang berlari dan berjalan di kereta api untuk berjualan, akhirnya Sutirna memutuskan untuk mencari jalan lain. Ketika itu, Karawang dilanda dengan permainan Judi yang meraja lela, akhirnya Sutirna bekerja sebagai karyawan harian lepas untuk mengambil kupon-kupon judi dari para agen se Kota Karawang untuk disampaikan kepada penampung agen Judi di Karawang, hal ini ia lakukan semata-mata hanya untuk bisa membiayai sekolahnya. Akhirnya tahun pelajaran 1982/1983, Sutirna lulus SMA dengan memperoleh Ijazah untuk Jurusan IPA.
Harapan untuk melanjutkan perguruan tinggi pun sangat tinggi bagi Sutirna, namun 2 kali ia lakukan mengikuti seleksi ke IKIP Bandung (pada saat itu namanya PP IV (Proyek Perintis IV IKIP Bandung), SIPENMARU) selalu gagal, impian menjadi Guru selalu gagal. Nenek dan Kakek yang begitu peduli rasa terpukul, karena teman Sutirna yang dibawa untuk ikut seleksi selalu lulus diterima sedangkan cucunya gagal setiap diumumkan. Akhirnya, Sutirna bekerja sebagai karyawan Toko Buku Rakyat Karawang yang pada saat itu salah satu toko buku dan percetakan sewilayah IV (Subang, Purwakarta, Karawang, dan Bekasi) yang paling terkenal. Pucuk di cinta ulan tiba, itulah pribahasa yang sangat tepat diberikan kepada Sutirna, karena ketika sedang mencetak buku-buku tentang keolahragaan yang dipesan dari SGO Negeri Karawang, Bapak Moekarto (almarhum) memberikan informasi tentang adanya penerimaan calon Guru Olahraga SD di SGO Negeri Karawang, lewat saudara atau teman akrabnya Sutirna, yaitu Maxi Soeisa (almarhum) sebagai alumni SMOA Negeri Karawang dibantu untuk masuk ke SGO Negeri Karawang untuk mengikuti tes masuk, akhirnya, Sutirna diterima untuk sekolah calon guru SD untuk bidang studi Olah Raga dan Kesehatan, selama 4 bulan diberikan ilmu mendidik (Pedagogik) dan ilmu mengajar (didaktik), akhirnya Sutirna lulus dari SGO Negeri Karawang dengan hasil yang memuaskan. Namun, ketika sebelum pengumuman diterima di SGO Negeri Karawang, Sutirna mencoba mendaftarkan diri menjadi Tentara Nasional Indonesia untuk Satuan Angkatan Laut (TNI-AL) dengan mengikuti beberapa kali tes admnistrasi, tes fisik, dan tes kedisiplinan selalu diumumkan lulus untuk mengikuti seleksi berikutnya. Ketika akan tes akhir TNI-AL atau yang disebut dengan Pantohir (Penentuan Tes Akhir), tetapi pengumuman untuk menjadi Guru Olahraga SD diterima, akhirnya orang tua dan neneknya tercinta menyarankan untuk menjadi Guru saja, akhirnya Sutirna memustuskan tidak melanjutkan tes di TNI-AL.
Berangkat dari bermodal inilah Sutirna pun tercapai cita-citanya menjadi seorang Guru/Pendidik. Almamater SD Bhinneka 2 Karawang menjadi tempat pertama mengajar sebagai tenaga honor, yang ketika itu mengisi megajar kelas V, karena Ibu pengajar kelas V (Ibu Siti Sarah) cuti melahirkan. Ditengah perjalanan menjadi guru honor di SD, Bapak Aceng Andrean salah satu guru SMP Negeri 2 Karawang, memberikan informasi tentang PGSMTP di Jakarta. Sebelum ada panggilan pengangkatan menjadi pegawai negeri di SD, Sutirna melanjutkan pendidikan ke PGSMTP (Pendidikan Guru Sekolah Menengah Tingkat Pertama) di Jakarta pada Jurusan Matematika. Dengan banyak bantuan teman, salah satunya teman diperjalanan ke Jakarta untuk kuliah adalah H. Deden Tosin W (sekarang Kepala Dinas Pendidikan Kab. Karawang), akhirnya tamat PGSMTP pada tahun 1984.
Allah Swt maha pengasih dan maha penyayang kepada umat-Nya, Sutirna diberikan rizki ketika tamat PGSMTP, Sutirna menerima panggilan untuk di lantik menjadi PNS Guru SD terhitung mulai tanggal 01 April 1984 yang ditempatkan di SD Negeri Pasir Jengkol I Kecamatan Klari Kabupaten Karawang. Satu tahun berjalan, Sutirna dengan bekal ijazah PGSMTP ingin mengajar di SMP, akhirnya dia pun menjadi guru SMP Swasta Berdikari Karawang yang sekarang tidak ada lagi. Setelah berjalan menjadi PNS Guru dengan Golongan Ruang II.a selama satu tahun, melalui Penilik Olahraga Kecamatan Klari, yaitu Bapak Kosim Kurdi (Orang Tua Asep Sumarna (Ate) Dinas Pendidikan Karawang) disarankan untuk mutasi atau mengikuti tes kembali menjadi guru SMP karena memiliki ijazah PGSMTP, saran itu oleh Sutirna diterima dan mendaftar mengikuti seleksi kembali calon guru SMP, akhirnya diterima dan ditempatkan di SMP PGRI 2 Karawang sebagai PNS-Dipekerjakan di swasta atau PNS-dpk terhitung mulai 01 Maret 1986.
Tahun 1986 itu pula menjadi momentum terindah bagi Sutirna, karena ditugaskan untuk mengikuti Pendidikan dan Latihan Guru Matematika Swasta Se Jawa Barat di Gedung Kartini Bandung selama 10 hari. Disinilah tempat yang paling indah dimata Sutirna, karena menemukan seorang wanita yang disenangi dalam satu diklat, dia adalah orang Cirebon yang ditugaskan sama mengikuti diklat matematika yang akhirnya sampai saat ini wanita idaman tersebut menjadi pendamping yang sangat setia dalam suka dan duka mengarungi kehidupan yang serba penuh tantangan dan ujian. Intisari, S.Pd inilah nama isteri Sutirna yang bertugas mengajar di SMA Negeri 5 Karawang.
Melanjutkan pendidikan Sutirna tidak begitu ambisi sehubungan dengan keberadaan ekonomi dan kebutuhan yang sangat sulit pada masa-masa itu, pekerjaan menyablon dan percetakan menjadi tambahan penghasilan, berjualan keliling menjadi tukang kredit pun Sutirna lakukan, menjadi kolektor pembayaran Listrik, Air, dan Telpon masyarakat yang akan menitipkan dikerjakan dan menjadi pengurus Masjid Baiturrahman Perumnas Adiarsa Karawang semua Sutirna lakukan demi perjalanan hidup dan kehidupan serta kehidupan bermasyarakat. Bahkan berangkat ke sekolah untuk mengajar Sutirna sambil membawa dagangan berupa Es yang dibuat isteri di rumah dengan menggunakan sepeda mini yang dimilikinya. (sepeda ini difasilitasi dengan mencicil pembeyarannya dari Ustad Drs. Abdul Rodjak)
Perjalan hidup terus berjalan, Allah Swt memberikan titipan kepada Sutirna dan Isteri pada saat itu dua orang putra, yaitu Febrian Mulyana (Sekarang sedang menempuh kuliah program Sarjana) dan Tiara Sarinisa (sekarang sedang kuliah program Sarjana), dengan prinsip “Doa dan Perjuangan yang Ikhlas, niscaya suatu saat Allah Swt akan memberikan yang terbaik”. Sejak pernikahan 1986 – 1997 (sebelas tahun) ujian dan tantangan Sutirna hadapi dengan sabar dan tawakal.
Tahun 1987 mencoba memotivasi Isteri tercinta untuk sekolah lagi, karena baru memiliki ijazah SMA, akhirnya masuk PGSMTP Tertulis yang diselenggarakan oleh PPPG Provinsi Jawa Barat dan lulus tahun 1989. Namun, kesempatan untuk menjadi PNS tidak memenuhi syarat karena pada saat itu yang diterima mengikuti seleksi CPNS adalah D2/A2 Kependidikan. Akhirnya isteri Sutirna menjadi tenaga sukwan di SMP Negeri 8 Karawang (Sekarang SMP Negeri 5 Karawang Barat) sampai tahun 1998.
Tahun 1989 akhirnya isteri dan Sutirna bersamaan mengikuti pendidikan D1/A1 Komprehensip UT di UPBJJ Bandung dan lulus 1990 dan melanjutkan ke D2/A2 Pendidikan Matematika UT bersama-sama dan lulus bersama pula pada tahun 1993. Nasib Isteri Sutirna belum ditakdirkan untuk bisa mengikuti seleksi CPNS karena persyaratan terus bertambah menjadi D3/A3 paling rendah, akhirnya Isteri Sutirna tidak mau lagi mengikuti pendidikan D3/A3, tetapi Sutirna melanjutkan ke D3/A3 Pendidikan Matematika UT dikarenakan dapat biaya bantuan dari Proyek PGSMP Diknas. Menjelang tamat pendidikan D3/A3 Sutirna mutasi mengajar ke SMP Negeri 2 Karawang (sekarang SMP Negeri 2 Karawang Barat). Akhirnya tamat D3/A3 setelah berpindah bekerja pada tahun 1997. Mutasi ini berbarengan dengan lahirnya anak ke 3 yaitu Mohamad Rizky Hidayat (sekarang kelas 1 SMA Negeri 5 Karawang)
Sutirna dengan moto hidupnya “waktu adalah pedang” akhirnya dengan bantuan beberapa teman berangkat ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan ke S1 di STKIP Siliwangi Bandung, berkat teman satu kelasnya (Ajat Sudrajat, S.Pd., Tatang Susanto, S.Pd., dan Eliyati, S.Pd, semuanya guru di daerah Kota Bekasi) yang terus membentu dalam hal keuangan akhirnya bisa selesai dengan nilai sangat memuaskan (pada saat itu masih adanya Ujian Negara Tertulis dan Lisan yang diselenggarakan IKIP Bandung) dan pada saat Ujian Lisan Negara inilah Sutirna menjadi Lulusan Program Matematika yang terbaik untuk semua Perguruan Tinggi Swasta yang memiliki Program Matematika pada saat itu.
Prof. Dr. H. Engking Soewarman Hasan, M.Pd. dan Dra. Hj. Siti Rochmah, M.M (Isteri Prof. Dr. H. Engking Soewarman Hasan, M.Pd) memberikan kepercayaan untuk mengajar di STKIP Siliwangi Bandung sejak lulus S-1 tahun 1999 sampai dengan sekarang bahkan perjalanan mengajar inilah oleh Sutirna dijadikan momentum yang sangat penting untuk terus menempuh pendidikan.
Tahun 1999 pun, Sutirna dengan rasa cinta kepada isteri tercintanya, isteri tercintanya didaftarkan menjadi mahasiswa STKIP Siliwangi Bandung dan lulus pada tahun 2000 berbarengan dengan lahirnya anak ke empat, yaitu Dinda Intan Nurfadillah (sekarang kelas VI SD Adiarsa III Perumnas Adiarsa). Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian, akhirnya isteri tercinta bisa mendaftar untuk mengikuti seleksi Pengawai Negeri dan akhirnya lulus dan ditempatkan pertama kali menjadi Guru SMA Negeri 1 Pedes Karawang dan sekarang telah mutasi ke SMA Negeri 5 Karawang.
Tahun 2000 Dirjen Dikti melalui Kopertis Wilayah IV Jawa Barat memberikan kesempatan kepada Sutirna untuk mengikuti kuliah di jenjang Program Pascasarjana (S2) di UPI Bandung dengan Bea Siswa (BPPS) dan akhirnya lulus pada tahun 2004. Perjalan inilah yang dikatakan orang lain melihat Sutirna yang dapat membagi waktunya dengan baik, bisa mengajar sesuai dengan jam wajibnya, baik di SMP Negeri 2 Karawang maupun di STKIP Siliwangi Bandung, dan waktu untuk kuliah.
Sejak masuk kuliah di Program Pascasarjana inilah Sutirna mulai aktif di Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat sebagai tenaga Fasilitator/Widyaiswara di bagian Pendidikan Nonformal (PNF) sampai ke tingkat nasional. Hal ini diperkuat oleh sertifikat sebagai tenaga widiaiswara PNF Tingkat Nasional yang diperolehnya tahun 2000 ketika diutus oleh Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat untuk mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Calon Fasilitator Pendidikan Nonformal yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional di Provinsi Jambi selama 2 minggu. (pada saat inilah isteri tercintanya mengganti mengajar di SMP Negeri 2 Karawang, karena Sutirna sedang mengikuti pelatihan di tingkat nasional).
Waktu terus berjalan, waktu tidak akan dapat kembali ke awal, dan waktu merupakan sebuah pedang oleh karena itu Sutirna selalu menghormati waktu sebagai senjata yang tidak boleh disia-siakan sedikitpun, karena katanya dengan melalaikan waktu maka manusia akan tergilas oleh waktu. Akhirnya tahun 2008 Sutirna pun kembali dipanggil untuk mengikuti pendidikan program Doktor di UPI Bandung, peluang inilah Sutirna tidak sia-siakan karena tidak semua orang mendapatkan kesempatan untuk kuliah bebas biaya di program doktor.
Tanggal 27 Desember 2011 menjelang akhir tahun, Sutirna anak asli Karawang dengan perjuangan dan pengorbanannya serta do’a isteri dan anak, tepatnya Pukul 11.30 di Gedung Pascasarjana UPI Bandung, Sutirna dinyatakan LULUS sebagai Doktor Pendidikan dengan Yudisium Sangat Memuaskan (3,41) dengan tangisan yang haru dari seluruh hadirin yang pada saat itu menyaksikan jalannya persidangan Sutirna serta keluarga besar Sutirna membuat acara menjadi gembira ketika semua Promotor dan Penguji mengucapkan selamat atas gelar yang diperoleh dan ucapan selamat dari seluruh hadirin. Dari perjalanan tersebut, Sutirna sampai saat ini masih tetap mengabdi menjadi Kepala SMP Negeri 1 Telukjambe Barat Kec. Telukjambe Barat Kab. Karawang dan Insya Allah katanya akan berupaya untuk mutasi ke Dirjen Dikti di Kopertis Wilayah IV Jawa Barat Banten, di akhir wawancaranya mohon do’a restu seluruh sahabat, rekan dan keluarga besar sehingga harapan Sutirna bisa terwujud sebagai aktualisasi diri anak asli Karawang di pendidikan tinggi, bukan artinya kata Sutirna tidak suka di Karawang, tetapi jalan inilah yang harus saya tempuh ke depan melalui jalur akademik yang dimiliki, dan Insya Allah, Karawang menjadi tumpuan akhir bagi Sutirna dimasa yang akan datang. Terima kasih.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama Lengkap : Dr. H. Sutirna, M.Pd.
2. Tempat, Tanggal lahir : Karawang, 11 Juli 1964
3. Alamat : Jl. R. Ali Muhtar (Blk SMA PGRI 1 Karawang) Kel. Adiarsa Barat Kec. Karawang Barat Kab. Karawang
4. Pekerjaan : Dosen STKIP Siliwangi Bandung
Guru SMPN 1 Telukjambe Barat
5. Alamat kantor : Jl. Terusan Jend. Sudirman Cimahi
Jl. Pertamina Telukjambe Barat
6. NIP : 19640711.198603.1.012
7. Golongan/Pangkat : IV.a/Pembina
8. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
9. Agama : Islam
10. Kewarganegaraan : Indonesia
11. Status : Menikah
Isteri : Hj. Intisari, S.Pd.
Anak-anak : Febrian Mulyana
Tiara Sari Nisa
Mochamad Rizky Hidayat
Dinda Intan Nurfadillah