Powered By Blogger

POTRET DIRI

POTRET DIRI
SETELAH ACARA TAWAF WAJIB DI MASJID HARAM MAKKAH

Selasa, 22 September 2009

BAHAN PRESENTASI LDKM STIKIP SILIWANGI BANDUNG

To Reflect and To Act
Apakah Perbedaan antara Negara Berkembang (Miskin) dan Negara Maju (Kaya) ?
žTidak tergantung pada umur negara itu,Contohnya negara India , yan umurnya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang (miskin),Di sisi lain –Singapura, Kanada, Australia & New Zealand– negara yang umurnya kurang dari 150 Tahun dalam membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di
dunia, dan penduduknya tidaklagi miskin.

Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin,Jepang mempunyai area yang sangat terbatas. Daratannya, 80% berupa pegunungan dan tidak cukup untukmeningkatkan pertanian & peternakan,Tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia.
Jepang laksana suatu negara “industriterapung” yang besar sekali, mengimpor bahanbaku dari semua negara di dunia danmengekspor barang jadinya
Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi sebagai negara pembuat coklat terbaik di dunia.Negara Swiss sangat kecil, hanya 11% daratannya yang bisa ditanami.Swiss juga mengolah susu dengan kualitas terbaik. (Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia).
Swiss juga tidak mempunyai cukup reputasi dalam keamanan, integritas, dan ketertiban tetapi saat ini bank-bank di Swiss menjadi bank yang sangat disukai di dunia.

žPara eksekutif dari negara maju yang berkomunikasi dengan temannya dari negara terbelakang akan sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan, Misal: Indonesia ada yang menjadi juara Olympiade Fisika, Saint dsb)
žRas atau warna kulit juga bukan faktor penting. Buktinya Para imigran yang dinyatakan pemalas di negara asalnya ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju/kaya di Eropa dan Amerika.

Mari kita : MERENUNG…
Apa sih yg membeda
kan?
Perbedaannya adalah pada sikap/perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan. Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-harinya mengikuti/mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan sebagai berikut:


ž1. ETIKA, SEBAGAI PRINSIP DASAR DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
2. žKEJUJURAN DAN INTEGRITAS
ž3. BERTANGGUNGJAWAB
ž4. HORMAT PADA ATURAN DAN HUKUM
5. žHORMAT PADA HAK ORANG LAIN
6. žCINTA PADA PEKERJAAN
ž7. BERUSAHA KERAS UNTUK MENABUNG DAN INVESTASI
8. žMAU BEKERJA KERAS
ž9. TEPAT WAKTU
ž Di negara terbelakang/miskin/ berkembang, hanya sebagian kecil masyarakatnya mematuhi prinsip dasar kehidupan tersebut.
Kita bukan miskin (terbelakang) karena kurang sumber daya alam, atau karena alam yang kejamkepada kita,Kitaterbelakang/lemah/miskin karenaperilaku kita yang kurang/tidakbaik.Kita kekurangan kemauan untukmematuhi dan mengajarkan prinsipdasar kehidupan yang akanmemungkinkan masyarakat kitapantas membangun masyarakat, ekonomi, dan negara.

Dihubungkan dengan materi Kepemimpinan pada LDKM STKIP Siliwangi tanggal 28 September 2009 sangat relevan bahwa 9 prinsip dasar kehidupan diterapkan oleh semua pemimpin tanpa kecuali jika ingin negara kita menjadi kaya.







Selasa, 01 September 2009

Tiga Pilihan setelah Ramadhan

Ada tiga pilihan bagi umat Islam setelah selesai melaksanakan kewajiban melaksanakan Saum di Bulan Ramadhan. Tiga pilihan ini saya sajikan melalui hadis Nabi Muhamad SAW adalah Jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka termasuk ke dalam golongan umat yang celaka; jika hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka termasuk ke dalam golongan umat yang rugi; dan jika hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka termasuk ke dalam golongan umat yang mulia.

Mari kita merenung dan berintroveksi masing-masing, apakah akan memilih kelompok Celaka? atau kelompok Merugi setelah menyelesaikan ibadah saum di bulan Ramadhan? sangatlah nista jika ada seseorang yang berkeinginan memasuki kelompok tersebut, karena mustahil manusia/seseorang berkehendak celaka dan merugi dalam hidup dan kehidupannya.

Oleh karena itu, pilihlah menjadi kelompok umat yang mulia dengan prinsip hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, Insya Allah predikat yang dijanjikan oleh ALLAH SWT dalam Surat Al Baqoroh 183 akan tercapai, yaitu menjadi manusia yang bertaqwa.

Dengan demikian mari kita jadikan Pendidikan dan Pelatihan yang Allah SWT sediakan dalam waktu satu bulan ini dijadikan sebagai pusat peningkatan umat Islam untuk lebih baik dan lebih baik bukan menjadi tambah buruk. akhirnya semoga Allah SWT selalu memberikan jalan yang terbaik dalam hidup kita dan semoga kita termasuk kepada golongan orang-orang yang bertaqwa. Amin.

Rabu, 05 Agustus 2009

Kecerdasan untuk seorang Pemimpin

Kecerdasan bagi Pemimpin.
Sutirna, 05 Agustus 2009

Enam puluh empat tahun sudah bangsa kita Merdeka dari tangan penjajah, namun tetap saja negara kita masih terbelakang dalam segala bidang. oleh karena itu ada tiga komponen kecerdasan yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin atau para anak-anak bangsa, yaitu kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan akan norma-norma/nilai-nilai keagamaan (SQ).

Jika kita analisis, bagaimana jika seseorang anak bangsa, khususnya pemimpin yang hanya memiliki dua kecerdasan dalam kehidupannya? apa yang akan terjadi? mungkin inikah jawaban yang tepat untuk direnungkan secara mendalam negara kita ini tertinggal dari negara lain?

Akhirnya tulisan singkat ini, saya mengajak kepada seluruh komponen bangsa untuk terus berjuangan untuk memiliki ketiga kecerdasan tersebut secara cepat, sehingga negara kita yang telah berumur setangah abad dapat bersaing dengan negara lain.

Sabtu, 18 Juli 2009

Hasil Binaan Siswa Yang Sinergis

SMP NEGERI 1 TEGALWARU

JUARA III TINGKAT PEMULA PASKIBRA

SE-KABUPATEN KARAWANG


Radar (04-01-2009) Di awal tahun 2009, para siswa SMP Negeri 1 Tegalwaru memperoleh kegembiraan dari hasil binaan Paskibra oleh Bapak. Samsudin walaupun prestasinya hanya baru mencapai Juara III Tingkat Mula Paskibra Se-Kab. Karawang yang diselenggarakan oleh PPI Kab. Karawang pada hari Minggu, 04 Januari 2009 di Plaza Pemda Karawang. Hal ini merupakan wujud dari sebuah pembinaan yang sinergis dari seluruh komponen SMP Negeri 1 Tegalwaru

termasuk masyarakat Desa Kutamaneuh Tegalwaru dimana sekolah tersebut berada dan sekaligus sebagai bukti nyata bahwa dapat mengalahkan Paskibraka-Paskibraka yang ada di perkotaan. Selanjutnya Samsudin sebagai pembina kesiswaan mengatakan : ”juara ini sangat bangga bagi kami, karena baru pertama kali mengikuti dan bahkan peserta yang diikutsertakannya pun siswa kelas VII, jadi Insya Allah tahun depan kita akan lebih meningkat”.

Begitu konsennya terhadap pembinaan siswa dalam hal berbagai kegiatan, Radar hanya bertemu dengan seorang pimpinan SMP peserta yang hadir, adalah Bapak Drs. Sutirna, M.Pd selaku kepala sekolah SMP Negeri 1 Tegalwaru serta sekaligus beliau menyampaikan pada Radar sebagai berikut: ”Kegiatan ini sangat-sangat positif dan perlu kita dukung dan perlu kita support agar mereka para siswa benar-benar memiliki pengalaman yang sangat berharga dalam disiplin khususnya serta pergaulan sebagai kompetensi sosial untuk bekal mereka di masa depan” selanjutnya dikatakan oleh beliau juga merasa bangga karena dari Kecamatan Tegalwaru dapat memperoleh dua juara, yaitu Juara II Tingkat Utama Paskibra Tingkat SD/MI Se-Kab. Karawang oleh MI Asasul Islam Tegalwaru Karawang yang dipimpin oleh Bapak Wono Sulaeman (Pembina) dan Bubun Mahbubi (Kepala sekolah) dan Juara III Tingkat Mula Paskibra Tingkat SMP/MTs Se-Kab. Karawang oleh SMP Negeri 1 Tegalwaru dan mudah-mudahan hal ini dapat dijadikan cermin bagi sekolah-sekolah di Kecamatan Tegalwaru untuk dapat memberikan kesempatan kepada para siswa berkompetisi di berbagai kegiatan di tingkat kabupaten atau provinsi dan dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi para pembina dan kepala sekolah untuk terus berprestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Amin.


Sabtu, 13 Juni 2009

Bimbingan dan Koseling di Dunia PNFI

Potensi Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling

dalam Seting Pendidikan Non Formal

By. Ir. Harris Iskandar, Ph.D

Pusat Pengembangan PNFI Regional I

Ditjen PNFI Depdiknas

UPI Bandung, 17 Januari 2009

SEMINAR NASIONAL

REPOSISI DAN REVITALISASI

PROFESI BIMBINGAN DAN KONSELING


1.
Berdasarkan angka rata-rata dari siswa selama 20 tahun (1986-2006) yang terdaftar, keluar, dan tidak melanjutkan sekolah sungguh merupakan tantangan bagi dunia pendidikan. Tabel di bawah ini memberikan gambaran kepada kita untuk dijadikan bahan renungan dan melakukan gerakan yang dapat memberikan solusi bagi anak bangsa.

Tabel 1

Terdaftar, Keluar, dan Tidak Melanjutkan

Kelas

Terdaftar (%)

Dropped Out dan not continuing school (%)

Keterangan

1

100%

0%

Primary School

Yang berhasil hanya 70.0%

2

92,6%

7,4%

3

89,3%

10,7%

4

84,2%

15,8%

5

79,4%

20,6%

6

73,0%

27,0%

7

48,8%

51,2%

Junior Secondary School yang berhasilnya hanya 40,8%

8

46,2%

53,8%

9

44,2%

55,8%

10

33,1%

66,9%

Senior Secondary School yang berhasil hanya 26,2%

11

31,1%

68,9%

12

29,5%

70,5%

PT

12,9%

87,1%

Pertanyaan yang mendasar bagi anak bangsa yang Dropped Out dan Not Continuing School, apakah mengikuti pendidikan kesetaraan? (Paket A, B, atau C), apakah menjadi atau ke dunia kerja? Apakah menjadi pengangguran?

Dengan keberadaan tersebut pendidikan non formal khususnya yang termasuk dalam pendidikan kesetaraan (paket A, B dan C) secara nyata sebagai penampung dari pendidikan formal yang memiliki permasalahan. Oleh karena itu, dunia pendidikan non formal memerlukan bimbingan dan konseling sehingga mereka anak bangsa yang sudah tidak memiliki harapan dapat bangkit dengan pendekatan motivasi dari layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan terhadap warga belajar.

  1. Dari hasil sensus nasional tahun 2007 didapat hanya 7% siswa miskin lulus sekolah menengah.

Betapa prihatinnya bangsa kita, hanya 7% siswa miskin lulus sekolah menengah, artinya sisa siswa miskin tersebut tidak dapat menyelesaikan pendidikan. Hal ini jelas sangat ironis sekali dengan kalimat ” Pendidikan adalah hak segala bangsa”. Disinilah pendidikan non formal menjadi seperti penampungan dan hal ini pun menjadi sebuah potensi bagi pentingnya layanan bimbingan dan konseling dapat dilaksanakan di dalam dunia pendidikan non formal.

  1. 3,4 juta siswa drop-out setiap tahun. ”mereka membutuhkan sebuah kesempatan kedua melalui program pendidikan yang lebih fleksibel pada non formal untuk lebih dapat dipekerjakan (Mone,2006)

Lagi-lagi dunia pendidikan non formaldalam hal ini sangat berperan untuk memberikan layanan pendidikan kepada anak-anak bangsa yang 3,4 juta tersebut untuk dapat memperoleh pendidikan yang dapat memberikan layak dalam hidup dan kehidupan di masa depan mereka. Namun, hal ini tidak bisa begitu saja terjadi jelas perlu adanya pembangkit/pemotivasi/pendorong untuk mereka tidak membuat mengeluh dengan keberadaan masa lampaunya. Hal ini jelas sekali layanan bimbingan dan konseling dibutuhkan.

  1. Siswa dropout dan tidak lanjut sekolah sebanyak 3.404.510 selama tahun 2006-2007. Lebih lengkapnya dapat diperhatikan tabel 2 berikut ini:

Tabel 2

Siswa Dropout dan Tidak Lanjut (2006-2007)

Jenjang

Drop-Out

Lulus tidak lanjut

Jumlah

SD

615.411 (2,37%)

665.159 (17,97%)

1.280.570

SMP

232.834 (2,88%)

723.534 (29,70%)

956.368

SMA/K

190.822 (3,48)

976.760 (56,86%)

1.167.582

Jumlah

1.039.067

2.365.443

3.404.510

Berdasarkan data tersebut pendidikan kesetaraan Paket A, B dan C menjadi faktor utama bagi anak bangsa tersebut yang dikarenakan oleh sesuatu hal menjadi drop out atau lulus tidak lanjut untuk mendapatkan pendidikan lagi. Namun, sangatlah jelas permasalahan yang dimiliki mereka sangat beragam (heterogen), maka dengan demikian layanan bimbingan dan konseling bisa hadir dalam dunia pendidikan non formal.

  1. Tingkat pendidikan penganggur terbuka:
    1. Tidak/belum pernah sekolah (0,94%)
    2. Sekolah dasar (21,77%)
    3. SMTA Umum (25,29%)
    4. Diploma (3,97%)
    5. Tidak/belum tamat SD (4,38%)
    6. SLTP (22,62%)
    7. SMTA Kejuruan (15,37%)
    8. Universitas (5,66%)

Harris Iskandar mengatakan pada pemafaran potensi-potensi penyelenggaraan Bimbingan dan Kosneling yang paling berbahaya ketika penganggurannya memiliki latar belakang pendidikan yang agak tinggi, pengangguran dengan tingkat pendidikan SD dan SMP masih sebatas melakukan hal-hal negatif yang agak rendah untuk memenuhi kebutuhannya, yang menjadi bahaya ketika penganggurannya memiliki pendidikan lebih tinggi, apa yang akan dilakukannya? Oleh karena itu dunia pendidikan non formal dengan pendidikan life skill, KBU, Kursus, dan lain-lain meruakan solusi terbaik bagi mereka. Namun, hal ini pun perlu adanya layanan bimbingan dan konseling supaya mereka dapat mengerti dan memahami apa yang terbentang di depan sana untuk di raih untuk masa depan.

Harris Iskandar menutup pemafarannya dengan mengatakan ”INDONESIA SANGAT MEMBUTUHKAN BIMBINGAN DAN KONSELING”, selanjutnya metode pembimbingannya tidak hanya menunjukkan dan mengatakan masih belum cukup – bahkan dapat berbahaya – oleh karena itu dibutuhkan ” MAGIC” (mentoring, advocacy, guidance, information, and Counseling) – [ penasehatan yang bijaksana, dukungan, bimbingan, informasi, dan konseling].